dampak-olahraga-teratur-terhadap-daya-tahan-tubuh

Dampak Olahraga Teratur Terhadap Daya Tahan Tubuh. Mantan pemain tim nasional Indonesia era PSSI Primavera, Supriyono Prima, baru-baru ini menyentil fenomena star syndrome yang menjangkiti pemain muda tanah air. Dalam perbincangannya, ia menyoroti bagaimana banyak talenta berbakat justru terhambat karena merasa sudah menjadi bintang sebelum memberikan kontribusi nyata. Pengamatan ini muncul saat ia membandingkan generasi pembinaan masa lalu dengan program-program saat ini yang sering tak berkelanjutan. Star syndrome, menurutnya, menjadi salah satu kendala utama yang bisa memutus perjalanan panjang karier seorang pesepakbola muda Indonesia. BERITA VOLI

Apa Itu Star Syndrome pada Pemain Muda: Dampak Olahraga Teratur Terhadap Daya Tahan Tubuh

Star syndrome terjadi ketika pemain muda cepat merasa puas dan membangun image sebagai bintang meski prestasinya masih minim. Supriyono Prima menekankan, dulu para pemain seperti dirinya fokus memberikan yang terbaik untuk negara sebelum memikirkan status pribadi. Kini, banyak anak muda yang baru muncul sudah sibuk membentuk citra megah, padahal belum membuktikan apa-apa di lapangan. Fenomena ini sering dipicu oleh sorotan media sosial dan dukungan awal yang berlebihan, membuat mereka kehilangan motivasi untuk terus berkembang. Akibatnya, potensi besar terbuang sia-sia karena kurangnya kerja keras lanjutan.

Perbandingan dengan Generasi Primavera: Dampak Olahraga Teratur Terhadap Daya Tahan Tubuh

Supriyono Prima, yang berasal dari Diklat Salatiga dan menimba ilmu di Italia melalui program Primavera pada 1993-1996, mengenang era tersebut sebagai masa pembinaan ideal. Saat itu, talenta dari berbagai diklat dikumpulkan di Ragunan, berlatih keras tanpa pamrih, dan komitmen utama adalah membawa harum nama Indonesia. Program seperti Primavera, SAD, Baretti, hingga Garuda Select modern memiliki potensi serupa, tapi sering tak bertahan lama karena kurangnya kesinambungan. Bedanya, generasi dulu tak ada ruang untuk star syndrome; fokus pada proses panjang membuat banyak alumnus menjadi pilar tim nasional. Kini, tanpa edukasi tepat, pemain muda mudah terjebak ego prematur.

Peran Orang Tua dan Pelatih dalam Mencegah

Supriyono Prima menegaskan, pencegahan star syndrome butuh campur tangan orang tua dan pelatih. Orang tua harus melindungi anak dari pujian berlebih yang bisa membuat sombong, sementara pelatih wajib terus mengedukasi tentang pentingnya disiplin dan kerja keras. Edukasi ini krusial sejak usia dini, agar pemain muda paham bahwa karier sepak bola adalah maraton, bukan sprint. Dengan pendampingan benar, talenta Indonesia bisa berkembang optimal tanpa terputus di tengah jalan. Ia berharap, semua pihak terkait lebih proaktif membangun mentalitas juara sejati, bukan sekadar bintang sementara.

Kesimpulan

Pernyataan Supriyono Prima tentang star syndrome pada pemain muda Indonesia menjadi pengingat penting bagi dunia sepak bola tanah air. Fenomena ini, jika dibiarkan, akan terus menghambat regenerasi dan memutus potensi besar yang dimiliki generasi baru. Dengan fokus pada proses, komitmen, dan edukasi dari orang tua serta pelatih, Indonesia bisa kembali melahirkan pemain berkualitas yang tahan lama. Pengalaman era Primavera membuktikan, kesuksesan datang dari kerja keras berkelanjutan, bukan citra instan. Saatnya semua elemen sepak bola bersatu mencegah star syndrome demi masa depan lebih cerah.

BACA SELENGKAPNYA DI…

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *